Rabu, 02 Oktober 2013

Vanny Rosa Marini KPI 1A_tugas 4 sosiologi_Max Weber

Vanny Rosa Marini
NIM: 1113051000025


- Economic and Society-

Dalam buku ini Max Weber membahas tentang berbagai jenis hubungan
sosial yang berbeda terutama dalam bentuk dominasi politik, kemudian
ia membagi lagi menjadi beberapa bentuk tipe ideal, diantaranya: tipe
ideal historis, tipe ideal sosiologis umum, tipe ideal tindakan dan
tipe ideal struktural.
Tipe ideal merupakan salah satu sembangan terpenting Weber terhadap
sosiologi kontemporer. Tipe ideal harus masuk akal, makna
komponen-komponennya harus kompatibel dan bisa membantu kita memahami
dunia nyata. Kalberg (1994) menyatakan bahwa penggunaan tipe-tipe
ideal tidak boleh dilupakan bagi yang memainkan peran teoritis dalam
karya Weber.

- The Protestan Ethic and Spirit of Capitalism -

Buku ini merupakan karya terpopuler dari Max Weber tentang keterkaitan
doktrin agama dengan semangat kapitalisme. Menrutnya, kapitalisme di
Eropa Barat muncul dan berkembang seiring dengan perkembangan Sekte
Kalvinisme dalam agama Protestan. Atas kajiannya itu ia menemukan
sebuah teori bahwa terdapat korelasi antara afiliasi agama Protestan
dan kondisi prakapitalis pada kemajuan. Weber mengartikan semangat
kapitalisme sebagai bentuk lebiasaan yang mendukung pengejaran rasion
terhadap keuntungan ekonomi.
Selain itu, Weber juga membicarakan tentang agama Tiongkok yaitu
Konfusionisme dan Taoisme. Weber banyak menganalisis tentang
masyarakat agama dengan rasionalis tqnpa bermaksud untuk
mendiskriminasi agama tertentu.



Sumber
George Ritzer dkk: Teori Sosiologi Modern

KHAIRUL ANAM PMI3_tugas 3_kritis dan marxisme

KRITIS DAN MAXISME

Seperti kita ketahui bahwa sebbuah teori adalah pendapat yg didasarkan pd penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi yang bersifat relatif, sehingga jika ada sebuah teori baru dan tolak lebih akurat maka akan di pakailah teori baru tersebut. Maka dari itu kami sebagai penusun akan menjelaskan insya allah secara detail mengenai teori kritis dan maxime sebgaimana berikut:

v  KRITIS

Teori kritis dikemukakan oleh sekelompok ilmuan dan sekolah Frankfurt (Frankfurt school), seperti max horkheimer (1895-1973), theodor adorno (1903-1969) erich fromm (1898), Herbert Marcuse (1990-?), dan jugen habernas (1921), aliran ini disebut Frankfurt school karena para pendukungnya bekerja pada institut riset sosial universitas frankfrurt kebanyakan mereka berasal dari kelas menengah yahudi dan pada waktu perang dunia dunia kedua mereka melarikan diri ke amerika serikat. Teori yang mereka kemukakan disebut "teori kritis" karena dalam karya-karyanya mereka mengeritik berbagai hal di dalam masyarakat. Berikut ini akan diuraikan pandangan-pandangan yang beriksikan kritik terhadap berbagai hal masyarakat[1].

           Adapun mengenai teori kritis ini sebetulnya masih ada pembagian karena teori kritis ini yang pelopori atau produk dari sekelompok neo-marxis jerman tidak puas dengan teori Marxian. Untuk lebih jelasnya mengenai aspek-aspek yang menjadi sorotan mereka pada waktu itu akan saya uraikan sebagaimana berikut:

1)      Kritik terhadap teori Marxian

Teori kritis ini merasa sangat tergangu oleh pemikir Marxian penganut determinisme ekonomi yang mekanistis diantara mereka adalah habermas yang mengkritik mengenai determinisme yang tersirat dibagian tertentu dari pemikiran asli marx, tatepi kritik mereka sangat ditekankan pada neo-marxis terutama karena mereka telah menafsirkan pemikiran marx terlalu mekanistis. Teoritisi kritis bahwa determinis ekonomi keliru, ketika memusatkan perhatian pada bidang ekonomi, tetapi karena mereka seharusnya juga memusatkan perhatian pada aspek kehidupan sosial yang lain[2].

2)      Kritik terhadap positivisme

Aliran kritis menentang positivisme karena berbagai alasan diantaranya adalah pertama, positivisme cenderung melihat kehidupan sosial sebagai proses alamiah. Sedangkan teoritisi kritis lebih menyukai memusatkan perhatian pada aktivitas manusia maupun pada cara-cara aktivitas tersebut memengaruhi  struktur sosial yang lebih luas. Singkatnya positivisme dianggap mengabaikan aktor, menurunkan actor ke derajat yang pasif yang ditentukan oleh kekuatan alamiah. Karena mereka yakin atas kekhasan sifat actor, teoritisi kritis tidak dapat menerima gagasan bahwa hukum umum sains dapat diterapkan terhadap tindakan manusia begitu saja. Positivisme diserang karena berpuas diri hanya dengan menilai alat untuk mencapai tujuan tertentu, dan karena tidak membuat penilaian serupa terhadap tujuan[3].  

3)      Kritik terhadap sosiologi

Sosiologi diserang karena keilmiahannya yakni karena menjadikan metode ilmiah sebagai tujuan didalam dirinya sendiri. Selain dari itu sosiologi dituduh menerima status quo. Alian kritis berpandangan bahwa sosiologi tidak serius mengkritik masyarakat, tidak berupaya merombak struktur sosial masa kini. Menurut aliran kritis, sosiologi telah melepaskaan kewajibannya untuk membantu rakyat yang ditindas oleh masyarakat masa kini[4].

4)      Kritik terhadap masyarakat modern

Pandangan aliran kritis adalah bahwa dalam masyarakat modern penindasan dihasilkan oleh rasionalitas yang menggantikan eksploitasi ekonomi sebagai masalah sosial dominan. Menurut teoritis kritis, rasionalitas formal tidak mencerminkan perhatian mengenai cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Inilah yang dipandang sebagai cara berfikir teknokratis dimana tujuannya adalah untuk membantu kekutan yang mendominasi, bukan untuk memerdekakan individu dari dominasi[5].  

5)      Kritik terhadap kebudayaan massa

Mereka berpendapat bahwa kebudayaan massa adalah alat yang dipakai untuk memanipulasi individu-individu untuk mengikuti apa saja yang ada di dalam masyarakat yang sudah diatur itu. Didalam masyarakat yang demikian individu-individu menjadi tidak kreatif melainkan mengikuti begitu saja apa yang terjadi[6].

v  MARXISME

Agger (1978) menyatakan determinesme ekonomi puncaknya sebagai interpretasi teori Marxian selama periode komunis internasional kedua antara 1889 dan 1914. Periode historis ini sering dilihat sebagai puncak kapitalisme pasar awal. Ledakan pertumbuhan ekonomi ketika itu menimbulkan berbagai berbagai  prresiksi mengenai kematiaanya. Para pemikir marxis yang meyakini determinisme ekonomi memandang kehancuran kapitalisme sebbagai suatu yang tak terelakkan. Menurut mereka marxisme mampu mengahasilkan teori ilmiah tentang kehancuran kapitalisme ini (termasuk aspek lain masyarakat kapitalis) dengan derajat kepercayaan atas peramalannya setara dengan fisika dan ilmu alam[7].  

Adapun mengenai jenis marxisme yang lai akan saya coba uraiakan secara detail sebagaimana berikut:

1)      Marxisme Hegelian

Selain dari teori marxisme murni di atas ada juga kelompok yang mengembangkan teori marxisme tadi, yang mana ada sebuah kelompok marxis kembali ke akar Hegelian dari teori marxis awal yang menekankan pada tingkat objektif material. Marxis Hegelian awal mencoba memperbaiki hubungan dialektika antara aspek subjektif dan objek objektif kehidupan sosial[8]. Perhatian mereka terhadap faktor subjektif memberikan basis bagi perkembagan teori kritis selanjutnya, yang semula hampir sepenuhnya memusatkan perhatian secara ekslusif pada faktor subjektif.      

2)      Marxisme Berorientasi Historis

Pemikir marxis yang berorientasi ke riset historis ini mengaku sebgai pemikir Marxian yang benar-benar memusatkan perhatian pada sejarah. Riset historis marx paling terkenal adalah informasi ekonomi kapitalis (1857-1858/1964). Banyak karya historis berikutnya berdasarkan perspektif Marxian[9].

   

 



[1] Bernard Raho, SVD, Teori Sosiologi Modern. Jakarta, Prestasi Pustaka, 2007, hal_84-85

[2] George ritzer, douglas j. goodman, teori sosiologi modern.  Jakarta, kencana, 2007, hal_176

[3] ibid.hal_177-178

[4] ibid.hal_178

[5] ibid.hal_179

[6] Bernard, SVD, Ob.cit.hal_89

[7] Loc.cit, hal_170

[8] Loc.cit, hal_171-172

[9] Loc.cit, hal_203

JAINUN NONI_PMI3_TUGAS4_TEORI KRITIS DAN MARXISME

NAMA: JAINUN NONI
NIM : 1112054000013
JURUSAN : PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM ( 3 )
TUGAS : SOSIOLOGI PERKOTAAN
 
 
 
            Teori Kritis merupakan salah satu dari teori sosiologi, yang dikenal dengan teori kritik masyarakat. Sampai sekarang teori kritis masih tetap konsisten untuk menyerang kapitalisme yang tidak manusiawi (Marcuse, 1969). Teori kritis merupakan sebuah metodologi yang berdiri di dalam ketegangan dialektis antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Teori kritis tidak hanya berhenti pada fakta-fakta obyektif seperti yang dianut positifisme atau tradisional.
 
            Teori kritis dikaji melalui dialektika antara teori kritis dengan teori tradisional, teori ini juga bermaksud membongkar kedok-kedok teori tradisional mengenai pertautan pengetahuan dengan kepentingan.
 
            Menurut Habermas ilmu pengetahuan itu dibedakan menjadi tiga kategori
 
ü    kelompok ilmu empiris, kepentingannya adalah menaklukkan, menemukan hukum-hukum dan mengontrol alam.
ü     ilmu-ilmu humaniora, yang memiliki kepentingan praktis dan saling memahami,. Kepentingan ilmu ini bukan untuk mendominasi atau menguasai, juga bukan membebaskan, tetapi memperluas saling pemahaman
ü     ilmu kritis yang dikembangkan melalui refleksi diri, sehingga melalui refleksi diri, kita dapat memahami kondisi-kondisi yang tidak adil dan tidak manusiawi dalam kehidupan. Kepentingannya adalah emansipatoris.
 
Teori kritis harus dipahami dalam konteks jamannya, tetapi manakala jaman itu memiliki karakter yang sama, maka tidak mus-tahil bahwa teori itu pun mempunyai relevansi dengan realitas jaman. Mendasarkan diri pada pikiran-pikiran Marx yang fundamental dan penerapan kebebasan pada dirinya, teori kritis pada akhirnya mendapatkan pengertian-pengertian baru yaitu:
ü  bukan kebutuhan nyata manusia yang menentukan proses produksi, melainkan kebutuhan sendiri diciptakan supaya hasil produksi bisa laku atau produksi tidak untuk memenuhi kebutuhan manusia, melainkan kebutuhan manusia diciptakan, dimanipulasi demi produksi
ü  perkembangan teknologi semakin menurut hukumnya sendiri, lepas dari kontrol manusia;
ü  kebahagiaan yang ditawarkan oleh industri konsumsi adalah kebahagiaan semu, karena tidak membawa manusia pada pemilikan diri yang tenang, melainkan membuatnya tergantung dari semakin banyak benda
ü  manusia tidak lagi bekerja hanya untuk menjamin kebutuhannya yang nyata dan selebihnya untuk mengembangkan diri, melainkan keterpaksaan untuk semakin banyak memiliki benda-benda konsumsi memaksa dia untuk selalu mencari uang lebih banyak lagi;
ü  teknologi modern tidak memanusiakan proses pekerjaan melainkan semakin memperbudak manusia;
ü  segala kelancaran sarana-sarana tidak meningkatkan komunikasi antar manusia, melainkan mengisolasi individu
 
 
 
 
MARXISME
 
Marxisme adalah ilmu sejarah yang terdiri atas suatu sistem konsep-konsep ilmiah baru yang memungkinkan mempelajari sejarah sebagai sebuah ilmu. Sebelumnya, kisah-kisah sejarah hanya menjadi ideologi atau filsafat dan bukan sebagai  ilmu yang mandiri. Oleh Karl Marx, paham ini disebut "materialisme sejarah" atau "materialisme historis", sedangkan oleh Friedrich Engels disebut  "materialisme dialektis".  Maka kombinasi gagasan Marx dan Engels ini dikenal dengan metode  Materialisme Dialektika Historis.
Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pemikiran-pemikiran Karl Marx. Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik. Pengikut teori ini disebut sebagai kaum Marxis
Marxisme dianggap sebagai sistem pemikiran yang amat kaya, adalah bahwa Marxisme memadukan tiga tradisi intelektual yang masing-masing telah sangat berkembang saat itu, yaitu filsafat Jerman, teori politik Perancis, dan ilmu ekonomi. Marxisme tidak bisa begitu saja dikategorikan sebagai "filsafat" seperti filsafat lainnya, sebab marxisme mengandung suatu dimensi filosofis yang utama dan bahkan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap banyak pemikiran filsafat. Itulah sebabnya, ilmu sejarah dan filsafat zaman modern tidak dapat mengabaikannya.
Orang mengatakan bahwa sosialisme didasarkan pada Marxisme bahkan lebih keras bahwa Marxisme yang didasarkan pada ajaran Karl Marx, sesungguhnya sosialisme tidak demikian.Sosialisme kerakyatan adalah suatu ajaran memperjuangkan atau lebih memperjuangkan seluruh rakyat.Marxisme bagi sosialisme kerakyatan merupakan bagian dari ajaran politik,sebagai bahan penting untuk dipelajari dalam mewujudkan kehidupan bersama dalam masyarakat.akan tetapi sosialisme kerakyatan tidak didasarkan Marxisme,oleh karena Marxisme mengandung berbagai kelemahan dan kekurangan untuk mendukung sosialisme kerakyatan yang dasar perjuanganya untuk meningkatkan seluruh rakyat indonesia.Perjuangan sosialisme kerakyatan secara khusus di tekankan kepada peningkatan kesejahteraan rakyat kecil dan keterbelakangan,yang disebabkan tidak mendaptakan kesempatan dalam pendidikan dan ketidak mampuannya untuk ikut serta dalam proses produksi dan ekonomi pada umumnya.
Kelemahan paling mendasar pada Marxisme adalah:
ü  Anggapan bahwa tenaga kerja menjadi dasar nilai barang merupakan dasar yang lemah dan tidak bertahan, nilai barang tidak hanya tergantung pada tenaga kerja
ü  Anggapan bahwa terjadi polarisasi dan penyengsaraan sampai timbulnya proletariat, ini tidak terjdi secara dialektika kita harus mengerti bahwa berapa lemahnya kaum buruh, jika dikaji akan mengadakan reaksi. Reaksi ini adalah inti dari reaksi dialektika, sehingga hasilnya buruh melawan, seluruh masyarakat juga melawan. Bukan proletariat yang terjadi justru kebalikanya. peningkatan hasil buruh, Ahal ini tidak termasuk dalam Marxisme secara politis timbul dan bangkitnya kekuatan demokrastis menggerakan kekuatan sosial politik yang melawan segala macam ketidakadilan. Perkembangan politik yang berhubungan dengan demokrasi dan kebebasan adalah timbulnya serikat-serikat buruh yang bisa menandingi kekuatan kapitalis.
 
Disamping itu, yang juga tidak termasuk dalam Marxisme yaitu lahirnya penemuan-penemuan teknologi,s eperti mesin uap, listrik,mesin tekstil dan lain-lain yang meningkatkan produktivitas Dengan demikian,teori yang di prediksi Marx menjadih tidak berarah.memang perlu di akui bahwa seolah- olah keberhasilan prediksi Marx ini berjalan lurus dan mulus sekitar 75 tahun lamanya.
 

Mutiara Lestari Putri KPI1B_tugas4_Teori Max Weber

TEORI MAX WEBER
 
The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism
Dalam karya Max weber, The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism (1904-05/1958) membicarakan tentang hubungan antara Protestanisme dengan  semangat kapitalisme. Ia menyatakan bahwa etika Protestan adalah salah satu dari factor kausal munculnya semangat kapitalisme modern. Ia menganggap "lugu" gagasan yang mengatakan Protestanisme adalah satu-satunya penyebab tunggal.  Weber menganggap kapitalisme hanya dapat lahir sebagai akibat dari Reformasi Protestan dan factor lain bisa saja menimbulkan akibat yang sama.
 
Economy and Society(1910-1914)
Menurut Max Weber, tanggung jawab sosiolog adalah mengembangkan perangkat konseptual, kemudian dapat digunakan oleh sejarawan dan sosiolog. Perangkat konseptual tersebut adalah tipe ideal. Pada level paling dasar, tipe ideal adalah konsep yang dikonstruksi oleh ilmuan sosial, menurut minat dan orientasi teoretisnya dalam rangka memahami cirri utama fenomena sosial. Yang terpenting adalah bahwa tipe-tipe ideal merupakan perangkat heuristic yang berguna dan membantu dalam melakukan penelitian empiris dan dalam memahami aspek tertentu dari dunia sosial (individu historis)
Seperti dicatat Burger, "Tipe-tipe ideal yang disajikan dalam "Economy and Society" ialah campuran dari definisi, klasifikasi dan hipotesis spesifik yang tampaknya sulit diselaraskan dengan pernyataan Weber. Meskipun tidak setuju dengan Burger terkait dengan inkonsistensi Weber dalam mendefinisikan tipe-tipe ideal, Hekman (1983: 38-59) juga mengakui bahwa Weber mengelompokkan macam-macam tipe ideal yaitu sebagai berikut :
 
1.   Tipe ideal historis. Ini terkait dengan fenomena yang ditemukan pada masa sejarah tertentu. Misalnya, pasar kapitalis modern.
2.   Tipe ideal sosiologi umum. Ini terkait dengan fenomena yang bersinggungan dengan beberapa periode historis dan masyarakat. Misalnya, birokrasi.
3.   Tipe ideal tindakan. Ini merupakan tipe tindakan murni yang didasarkan pada motivasi pelaku. Misalnya, tindakan afektual.
4.   Tipe ideal struktural. Ini merupakan bentuk sebab dan akibat tindakan sosial. Misalnya dominasi tradisional.

Sumber : Teori Sosiologi – George Ritzer, Douglas J. Goodman

Intan Afrida Rafni KPI 1B_Tugas4_Max Weber

MAX WEBER

A.   Economy And Society

Economy And Society adalah karya pertama Max Weber  yang ditulis pada tahun 1909, pada tahun tersebut, ia mulai mengabdikan dirinya pada bidang sosiologi. Ia berusaha mengklafikasi hubungan dengan bidang sejarah yang telah mapan.  Meskipun Weber merasa setiap bidang memerlukan bidang lainnya, namun menurut hemat dia, sosiologi bertugas "melayani" sejarah (Roth, 1976: 307).  Weber menjelaskan perbedaan sosiologi dengan sejarah: "Sosiologi berusaha merumuskan konsep tipe dan keseragaman umum proses-proses empiris. Ini berbeda dengan sejarah, yang berorientasi pada analisis kausal dan penjelasan atas tindakan, struktur, dan kepribadian individu yang memiliki signifikansi kultural" (1921/1968: 19). Kendati perbedaan yang iya lakukan terlihat gamblang, dalam karyanya sendiri Weber mampu mengombinasi keduanya. Sosiologinya berorientasi pada pengembangan konsep yang jelas sehingga iya dapat melakukan analisis kausal terhadap fenomena sejarah.

Weber mendefinisikan prosedur idealnya sebagai "perubahan pasti peristiwa-peristiwa konkret individual yang terjadi dalam realitas sejarah menjadi sebab-sebab konkret yang ada secara historis melalui studi tentang data empirispasti yang telah diseleksi dari sudut pandang spesifik" (1903-17/1949: 69). Dalam buku ini mensajikan tipe-tipe ideal yang campuran dari definisi, klasifikasi, dan hipotesis spesifik yang tampaknya sulit diselaraskan dengan pernyatan-pernyataan Weber" (1976: 118). Hekman (1983: 38-59) juga mengakui bahwa weber menawarkan beberapa macam tipe ideal:

1.      Tipe ideal historis. Ini terkait dengan fenomena yang ditemukan pada epos sejarah tertentu (misalnya, pasar kapitalistis modern).

2.      Tipe ideal sosiologis umum. Ini terkait dengan fenomena yang bersinggungan dengan beberapa periode historis dan masyarakat (misalnya, birokrasi).

3.      Tipe ideal tindakan. Ini merupakan tipe tindakan murni yang didasarkan pada motivasi pelaku (misalnya, tindakan efektual).

4.      Tipe ideal struktural. Ini merupakan bentuk sebab dan akibat tindakan sosial (misalnya, dominasi tradisional).

Weber mengembangkan begitu beragam tipe ideal, dan kekayaan karyanya berasal dari keragaman ini, walaupun cara pengontruksian mereka sama. Weber menggunakan tipe-tipe ideal tersebut dengan berbagai cara untuk menciptakan model teoretis. Jadi, tipe-tipe ideal menciptakan blok bangunan teoretis bagi kontruksi beragam model teoretis (misalnya, rutinitas karisma, rasionalisasi masyarakat) dan model-model tersebut kemudian digunakan untuk menganalisis perkembangan historis spesifik.

B.   The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism

Dalam buku ini, maupun dikarya-karya historisnya yang lain, Weber tertarik dengan pertanyaan tentang kausalitas, namun ia tidak menggunakan model satu-jalan sederhana; ia selalu menyelaraskan hubungan antar sejumlah faktor sosial.

Yang perlu diingat dalam pemikiran Weber tentang kausalitas adalah keyakinan dia bahwa karena kita dapat memiliki pemahaman khusus tentang kehidupan sosial (Verstehen), pengetahuan kousal atas ilmu-ilmu sosial berbeda dengan pengetahuan kausal tentang ilmu-ilmu alam.

Pemikiran Weber tentang kausalitas terkait erat dengan upayanya memahami konflik antara pengetahuan nomotetis dengan pengetahuan idiografis. Mereka yang menganut sudut pandang nomotetis akan berargumen bahwa terdapat hubungan pasti antara fenomenal sosial, sementara itu para pendukung perspektif idiografis cenderung hanya melihat hubungan acak antara entitas-entitas tersebut. Seperti biasa Weber mengambil posisi tengah, yang disajikan dalam konsep "kausalitas yang tepat". Istilah kausalitas yang tepat mengadopsi pandangan bahwa hal terbaik yang dapat kita lakukan dalam sosiologi adalah membuat pernyataan probabilistik tentang hubungan antar fenomena sosial; jadi, jika x terjadi, maka ada kemungkinan bahwa y akan terjadi. Tujuannya adalah "memperkirakan sejauh mana efek tertentu 'didukung' oleh 'kondisi tertentu'" (Weber, 1903-17/1949: 183).

Referensi

Ritzer, G., & Goodman, D. J. (2004). Socialogical Theory. McGraw-Hill, New York: KREASI WACANA.

 

 

Mutiara Lestari Putri 1B_tugas4_Teori Max Weber

TEORI MAX WEBER
 
The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism
Dalam karya Max weber, The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism (1904-05/1958) membicarakan tentang hubungan antara Protestanisme dengan  semangat kapitalisme. Ia menyatakan bahwa etika Protestan adalah salah satu dari factor kausal munculnya semangat kapitalisme modern. Ia menganggap "lugu" gagasan yang mengatakan Protestanisme adalah satu-satunya penyebab tunggal.  Weber menganggap kapitalisme hanya dapat lahir sebagai akibat dari Reformasi Protestan dan factor lain bisa saja menimbulkan akibat yang sama.
 
Economy and Society(1910-1914)
Menurut Max Weber, tanggung jawab sosiolog adalah mengembangkan perangkat konseptual, kemudian dapat digunakan oleh sejarawan dan sosiolog. Perangkat konseptual tersebut adalah tipe ideal. Pada level paling dasar, tipe ideal adalah konsep yang dikonstruksi oleh ilmuan sosial, menurut minat dan orientasi teoretisnya dalam rangka memahami cirri utama fenomena sosial. Yang terpenting adalah bahwa tipe-tipe ideal merupakan perangkat heuristic yang berguna dan membantu dalam melakukan penelitian empiris dan dalam memahami aspek tertentu dari dunia sosial (individu historis)
Seperti dicatat Burger, "Tipe-tipe ideal yang disajikan dalam "Economy and Society" ialah campuran dari definisi, klasifikasi dan hipotesis spesifik yang tampaknya sulit diselaraskan dengan pernyataan Weber. Meskipun tidak setuju dengan Burger terkait dengan inkonsistensi Weber dalam mendefinisikan tipe-tipe ideal, Hekman (1983: 38-59) juga mengakui bahwa Weber mengelompokkan macam-macam tipe ideal yaitu sebagai berikut :
 
1.   Tipe ideal historis. Ini terkait dengan fenomena yang ditemukan pada masa sejarah tertentu. Misalnya, pasar kapitalis modern.
2.   Tipe ideal sosiologi umum. Ini terkait dengan fenomena yang bersinggungan dengan beberapa periode historis dan masyarakat. Misalnya, birokrasi.
3.   Tipe ideal tindakan. Ini merupakan tipe tindakan murni yang didasarkan pada motivasi pelaku. Misalnya, tindakan afektual.
4.   Tipe ideal struktural. Ini merupakan bentuk sebab dan akibat tindakan sosial. Misalnya dominasi tradisional.

Sumber : Teori Sosiologi – George Ritzer, Douglas J. Goodman

zuyin arwani_PMI 3 _Tugas 4 _Teori kritis Marx dan marxisme

Nama : Zuyin Arwani
Jurusan : PENGEMBANGAN MASYRAKAT  ISLAM 3
 NIM : 1112054000020
 
TEORI KRITIS MARX DAN MARXISME
Berbicara tentang marx dan teorinya terlebih dahulu kita mengenal siapa sih itu marx dan bagaimana dia mengemukakan berbagai teorinya sendri, maka dari itu kita harus mengenal tentang biografi beliau terlebih dahulu.
Nama lengkap : Karl Marx
Lahir  : lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818
ayahnya, seorang pengacara, menafkai keluarganya dengan relatif baik, khas kehidupan kelas menengah. Orang tuanya adalah dari pendeta yahudi (rabbi). Tetapi, karena alasan isnis ayahnya menjadi penganut ajaran Luther ketika Karl Marx masih sangat muda. Tahun 1841 Marx menerima gelar doktor filsafat dari Universitas Berlin, Universitas yang sangat di pengaruhi oleh Hegel dan guru - guru muda penganut filsafat Hegel, tetapi berpikir Kritis. Gelar doktor Marx di dapat dari kajian filsafat yang membosankan, tetapi kajian itu mendahului berbagai gagasannya yang muncul kemudian.
Setelah tamat ia menjadi penulis untuk sebuah koran liberal radikal dan dalam tempo 10 bulan ia menjadi editor kepala koran itu. Tetapi karena pendirian politiknya, koran itu kemudian di tutup pemerintah. Esai – esai awal yang di terbitkan dalam periode mulai mencerminkan sebuah pendirian yang membiumbing Marx sepanjang hidupnya. Esai-esai tulisan Marx itu secara bebas di taburi prinsip-prinsip demokrasi , ia menolak keabstrakat filsafat hegelian, mimpi naif komunis utopiadan gagasan aktivis yang mendesak apa yang ia anggap sebagai tindakan politik prematur. Dalam menolak gagasn aktivis ini Marx meletakkan landasan bagi gagasan hidup sendiri.
Upaya praktis, bahkan dalam mengarahkan massa sekalipun, akan di jawab dengan meriam saat upaya itu di anggap berbah. tetapi, gagasan yang dapat mengarahkan intelektual kita dan yang menaklukkan keyakinan kita, gagasan yang dapat membekukan kita, merupakan belenggu – belenggu di mana seorang hanya bisa lepas darinya dengan mengorbankan nyawanya; gagasan-gagasan itu seperti setan sehingga orang hanya dapat mengatasinya dengna menyerah kepada Marx (Marx, 1842/1977;20)
Marx menikah pada 1843 dan tak lama kemudian ia terpaksa meninggalkan jerman untuk dapt suasana yang lebih libaral di Paris. Di Paris ia bergualat dengan gagasan Hegel dan pendukungnya, tetapi ia juga menghadapi dua kumpulan gagasan baru – sosialisme Prancis dan politik Ekonomi Inggris. Dengan cara yang unik dia menggabungkan hegelian, sosialisme dan ekonomi politik yang kemudian menentuka orientasi intelektualnya. Hal yang sangat penting pula adalah pertemuannya dengan orang yang kemudian menjadi teman seumur hidupnya, donatur dan kolabolatornyayakni Fredrich Engels (Carver, 1983) Engels anak penguasa pabrik tekstil menjadi seorang sosialis yang mengkritik kondisis kehidupan yang di hadapi kelas buruh. Banyak di antara rasa kasihan Marx kesengsaraan kelas buruh berasal dari paparannya kepada Engels dan gagasannya sendiri. Tahun 1844 Marx dan Engels mengadakan diskusi panjang di sebuah Café terkenal di Paris dan meletakkan landasan kerja untuk bersahabat seumur hidup. Mengenai diskusi itu Engels berkata "kesepakatan lengkap kami dalam dalam semua budang teori menjadi nyata….dan perjanjian kerja sama kami mulai sejak itu"(McLellan, 1993:131) di tahun berikutnya Engels menerbitkan karya the condition Of The
Ini sekilas biografi dari marx. Dari pembelajaran beliau tentang social yang terpadu dengan filsafat kehidupan maka beliau menciptakan teori tentng marxisme
ANALISIS KRITIS MARXISME
Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx. Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan system ekonomi, sistem sosial dan sistem politik. Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis.
Teori ini merupakan dasar teori komunisme modern. Teori ini tertuang dalam buku Manisfesto Komunis yang dibuat oleh Marx dan sahabatnya, Friedrich Engels. Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum sementara hasil keringat mereka dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan kumuh. Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya. Untuk mensejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan. Itulah dasar dari marxisme.
Komunisme adalah sebuah ideologi. Penganut faham ini berasal dari Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah manifes politik yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis sebuah analisis pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi kesejahteraan yang kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia politik.
Komunisme pada awal kelahiran adalah sebuah koreksi terhadap faham kapitalisme di awal abad ke-19an, dalam suasana yang menganggap bahwa kaum buruh dan pekerja tani hanyalah bagian dari produksi dan yang lebih mementingkan kesejahteraan ekonomi. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya, muncul beberapa faksi internal dalam komunisme antara penganut komunis teori dengan komunis revolusioner yang masing-masing mempunyai teori dan cara perjuangannya yang saling berbeda dalam pencapaian masyarakat sosialis untuk menuju dengan apa yang disebutnya sebagai masyarakat utopia.
Teori kritis merupakan salah suatu persepektif teoritis yang bersumber pada berbagai pemikiran yang berbeda seperti pemikiran Ariestoteles, Foucault, Gadamer, Hegel, Marx, Kant, Wittgenstein dan pemikiran-pemikiran lain. Pemikiran-pemikiran berbeda tersebut disatukan oleh sebuah orientasi atau semangat teoritis yang sama, yakni semangat untuk melakukan emansipasi.
Marxisme merupakan dasar teori komunisme modern.[1] Teori ini tertuang dalam buku Manisfesto Komunis yang dibuat oleh Marx dan Friedrich Engels.[2] Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme.[3] Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar.[4] Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis.[5] Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan kumuh. Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya. Untuk menyejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan.  Inilah dasar dari marxisme.

Pengaruh Marxisme

Salah satu alasan mengapa Marxisme merupakan sistem pemikiran yang amat kaya adalah bahwa Marxisme memadukan tiga tradisi intelektual yang masi telah sangat berkembang saat itu, yaitu filsafat Jerman, teori politik Perancis, dan ilmu ekonomi Inggris. Marxisme tidak bisa begitu saja dikategorikan sebagai "filsafat" seperti filsafat lainnya, sebab marxisme mengandung suatu dimensi filosofis yang utama dan bahkan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap banyak pemikiran filsafat setelahnya. Itulah sebabnya, sejarah filsafat zaman modern tidak mungkin mengabaikannya.
Dalam mengemukakan teori ini, Marx sangat dipengaruhi oleh Hegel. Bahkan sampai saat ini pun kalangan Marxis masih menggunakan terminologi Hegel. Ada baiknya jika di sini disebutkan satu persatu ide Hegelianisme yang juga menjadi isi penting dari Marxisme:
  • Pertama, realitas bukanlah suatu keadaan tertentu, melainkan sebuah proses sejarah yang terus berlangsung.
  • Kedua, karena realitas merupakan suatu proses sejarah yang terus berlangsung, kunci untuk memahami realitas adalah memahami hakikat perubahan sejarah.
  • Ketiga, perubahan sejarah tidak bersifat acak, melainkan mengikuti suatu hukum yang dapat ditemukan.
  • Keempat, hukum perubahan itu adalah dialektika, yakni pola gerakan triadik yang terus berulang antara tesis, antitesis, dan sintesis.
  • Kelima, yang membuat hukum ini terus bekerja adalah alienasi-yang menjamin bahwa urutan keadaan itu pada akhirnya akan dibawa menuju sebuah akhir akibat kontradiksi-kontradiksi dalam dirinya.
  • Keenam, proses itu berjalan di luar kendali manusia, bergerak karena hukum-hukum internalnya sendiri, sementara manusia hanya terbawa arus bersama dengannya.
  • Ketujuh, proses itu akan terus berlangsung samapi tercapai suatu situasi, di mana semua kontradiksi internal sudah terselesaikan.
  • Kedelapan, ketika situasi tanpa konflik ini tercapai, manusia tidak lagi terbawa arus oleh kekuatan-kekuatan yang bekerja di luar kendali mereka. Akan tetapi, untuk pertama kalinya manusia akan mampu menentukan jalan hidup mereka sendiri dan tentunya mereka sendiri akan menjadi penentu perubahan.
  • Kesembilan, pada saat inilah untuk pertama kalinya manusia dimungkinkan untuk memperolah kebebasannya dan pemenuhan diri.
  • Kesepuluh, bentuk masyarakat yang memungkinkan kebebasan dan pemenuhan diri itu bukanlah masyarakat yang terpecah-pecah atas individu-individu yang berdiri sendiri seperti dibayangkan oleh orang liberal.[5] Akan tetapi, merupakan sebuah masayrakat organik, di mana individu-individu terserap ke dalam suatu totalitas yang lebih besar, sehingga lebih mungkin memberi pemenuhan daripada kehidupan mereka yang terpisah-pisah.
Dari kesepuluh kesamaan tersebut, kuantitas materiil yang semakin kompleks bisa berubah menjadi suatu kualitas baru.
 
 
 


[1] Lorens Bagus. 2000. Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.. 572-575
[2] Robert Audi. 1995. The Cambridge Dictionary of Philosophy. United Kingdom: Cambridge University Press. Hlm. 465-467.
[3] P. A. van der Weij. 1991. Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 111-117.
[4] Daniel L. Pals. 1996. Seven Theories of Religion. Yogyakarta: Qalam. Hlm. 207-264.
 
[5] Bryan Magee. 2008. The Story of Philosophy. Yogyakarta: Kanisius. Hlm 164-171

Cari Blog Ini