Senin, 24 September 2012

Ferdy Rizky Saputra, KPI 1E, Tugas III

KONFLIK KELAS, AGAMA SEBAGAI CANDU, IDEOLOGI, DAN MODA PRODUKSI MENURUT KARL MARX

1.Konflik Kelas
               
Karl Marx menggunakan istilah Konflik Kelas ini untuk menyatakan sekelompok orang yang berada dalam situasi yang sama dalam hubungannya dengan kontrol mereka terhadap alat-alat produksi, namun istilah ini belum merupakan deskripsi yang sempurna sebagaimana yang digunakan Marx. Kelas, bagi Marx selalu didefinisikan berdasarkan potensinya terhadap konflik . Indifidu-indifidu kelas sepanjang mereka berada didalam suatu konflik disa dengan indifidu –indifidu yang lain tentang nilai-surplus.Didalam kapitalisme terdapat konflik kepentingan yang inheren antara orang yang memberi upah para buruh dan para buruh yang kerja mereka diubah kembali menjadi nilai-surplus.Konflik inheren inilah yang membentuk kelas-kelas (Ollman, 1976).
                Sebelum mendefinisikan kelas, diperlukan suatu teori tentang dimana suatu konflik berpotensi terjadi dalam sebuah masyarakat,Marx mengakui bahwa konflik kelas sering disebabkan oleh bentuk-bentuk laindari startifikasi, seperti etnis, ras, gender, dan agama ; bagaimanapun, dia tidak menerima hal ini sebagai sesuatu yang utama.
                BagiMarx, sebuah kelas benar-benar eksis hanya ketika orang menyadari kalau dia sedang berkonflik dengan kelas-kelas yang lain. Adapun dua macam kelas yang ditemukan Marx ketika menganalisis kapitalisme: Borjuis dan Proletar. Kelas Borjuis merupakan nama khusus untuk para kapitalis dalam ekonomi modern. Konflik antara kelas Borjuis dan kelas Proletar adalah contoh lain dari kontradiksi material yang sebenarnya.Kontradiksi ini berkembangsampai menjadi kontradiksi antara kerja dan kapitalisme. Tidak satupun dari Kontradiksi-kontradiksi ini yang bisa diselesaikan kecuali dengan mengubah struktur kapitalis. Kompetisi dengan toko-toko besar dan rantai monopoli akan mematikan bisnis-bisnis kecil dan independen; mekanisasi akan menggantikan buruh tangan yang cekatan; dan bahkan beberapa kapitalis akan ditekan melalui cara-cara ampuh untuk monopoli,misalnya menggunakan merger. Semua orang akan digantikan ini akan terpaksa turun kelas menjadi proletariat. Marx menyebut pembengkakan yang tak terletakan di dalam jumlah proleteriat ini dengan proletarianisasi. Marx meramalkan suatu situasi dimana masyarakat akan terdiri dari secuil kalangan kapitalis eksploitatif dan kelas proletariat "tentara cadangan" industri yang sangat besar. Dengan mereduksi banyak orang kedalam kondisi ini, kapitalisme menciptakan masa yang akan membawa kepada keruntuhan. Hubungan Internasional pabrik-pabrik dan pasar-pasar menganjurkan para pekerja untuk menyadari lebih dari sekedar kepentingan lokal mereka sendiri. Inilah yang akan membawa pada revolusi.
                Kapitalis tentu saja berusaha mencegah revolusi itu. Misalnya, mereka mesponsori petualangan-petualangan kolonial yang bertujuan yang memindahkan paling tidak sebagian beban eksploitasi dari negri mereka ke tanah jajahan. Bagaimanapun, di dalam pandangan Marx (1867/1967 :10), usaha-usaha ini pasti mengalami kegagalan, karena kapitalis berada di bawah tekanan untuk selalu berkompetisi satu sama lain, yang memaksa masing-masingnya untuk mencoba mereduksi upah kerja dan meningkatkan eksploitasi-bahkan peningkatan eksploitasi ini akan meningkat kemungkinan revolusi dan oleh karena itu memberikan kontribusi terhadap kematian kapitalis.

2.Agama Sebagai Candu
                Agama Marx  juga melihat sebagai sebuah ideologi. Dia merujuk pada agama sebagai candu masyarakat. Marx percaya bahwa agama merefleksikan suatu kebenaran, namun terbalik. Karena orang-orang tidak bisa melihat bahwa kesukaran dan ketertindasan mereka diciptakan oleh sistem kapitalis, maka mereka diberikan suatu bentuk agama. Marx dengan jelas tidak menolak agama, melainkan menolak suatu sistem yang mengandung ilusi-ilusi agama.Meskipun demikian, Marx merasa bahwa agama khususnya menjadi bentuk kedua ideologi dengan menggambarkan ketidakadilan kapitalisme sebagai sebuah ujian bagi keyakinan dan mendorong perubahan revolusioner ke akhirat. Bagi Marx ada suatu sifat dasar manusia pada umumnya, akan tetapi yang penting adalah cara sifat dasar tersebut "dimodifikasi pada masing-masing tahapan sejarah". (Marx, 1842/1977 : 609).
Ketika berbicara tentang sifat dasar umum kita, Marx sering menggunakan istilah spesies being. Yang dia maksud adalah potensi-potensi dan kekuatan-kekuatan yang unik yang membedakan kita dari spesies yang lain.

3.Ideologi
               
Perubahan-perubahan yang penting untuk perkembangan kekuatan-kekuatan produksi tidak hanya cenderung dicegah oleh relasi-relasi yang sedang eksis, akan tetapi juga oleh relasi-relasi pendukung, institusi-institusi, dan khususnya, ide-ide umum. Marx memberikan nama khusus terhadapnya: ideologi
Marx tidak selalu persis tentang penggunaan kata ideologi. Dia menggunakan kata tersebut untuk menunjukan bentuk ide-ide yang berhubungan. Pertama, ideologi merujuk kepada ide-ide yang secara alamiah muncul setiap saat di dalam kapitalisme. Akan tetapi hakikat kapitalisme, merefleksikan realitas di dalam suatu cara yang terbaik (Larrian, 1979). Untuk hal ini dia menggunakan metafora kamera obscura, yang menggunakan optik  quirk untuk menunjukan bayangan-bayangan nyata  yang nampak terbalik.
Tipe ideologi ini mudah terganggu karena didasarkan  pada kontradiksi-kontradiksi material yang mendasarinya.
Ketika gangguan-gangguan muncul dan kontradiksi-kontradiksi material mendasar terungkap, tipe kedua ideologi akan muncul. Disini Marx akan menggunakan istilah ideologi untuk merujuk kepada sistem-sistem aturan ide-ide berusaha menyembunyikan kontradiksi-kontradiksiyang berpusatdi sistem kapitalis. Pada kebanyakan kasus, mereka melakukanhal ini dengan salah satu dari tiga cara tersebut: (1) mereka menghadirkan suatu sistem ide, agama, filsafat, literatur, dan sistem hukum yang menjadikan kontradiksi-kontradiksi tampak koheren; (2) mereka menjelaskan pengaaman-pengalaman tersebut mengungkapkan kontradiksi-kontradiksi, biasanyasebagai problem-problem  personal atau keanehan-keanehan individua, atau ; (3) Mereka menghadirkan kontradiksi kapitalis sebagai yang benar-benar menjadi  suatu kontradiksi pada hakikat manusia dan oleh karena itu satu hal yang tidak bisa di penuhi oleh perubahan sosial.
Kebebasan, Persamaan, dan Ideologi. Ide-ide Marx tentang konsepsi persamaan dan kebebasan borjuis. Ide-ide tentang persamaan dan kebebasan muncul dari kapitalisme. Ketidaksamaan itu absurd dan perbudakan itu bukanlah sesuatu yang alamiah.
Marx berfikir bahwa perubahan didalam ide-ide kita dapat telusuri jejaknya dalam praktik-praktik kapitalis.
Bagi Marx kebebasan berarti kemampuan untuk mengontrol kerja kita sendiri dan produk-produknya. Walaupun  individu-individu dibawah kapitalis tampak bebas, akan tetapi,pada hakikatnya mereka tidak bebas. Dibawah bentuk-bentuk sosial sebelumnya, orang-orang didominasi secara langsung oleh orang lain dan menyadari ketidakbebasan mereka. Dibawah kapitalisme, orang-orang didominasi oleh relasi-relasi yang tampak objektif dan natural.

4.Moda Produksi
               
Dasar atau Fundamen masyarakat terletak dalam kehidupan materilnya. Dengan bekerja manusia menghasilkan (Berproduksi) untuk dirinya sendiri dan untuk masyarakat, dalam ekonomi politik kita dapat menemukan anatomi masyarakat sipil. Struktur ekonomi masyarakat merupakan fondasi rill yang menjadi dasar pendirian bangunan yuridis dan politik, serta menjadi jawaban atas bentuk-bentuk kesadaran sosial yang telah di tentukan. Bahkan kesadaran manusia yang menentukan ekstensinya, malahan sebaliknya ekstensi sosiallah yang menentukan kesadaran mereka.
Cara produksi masyarakat berupa tenaga kerja (manusia, mesin, dan teknik) dan hubungan produksi (perbudakan, sistem bagi hasil,  sistem kerajinan tangan, bekerja upahan). Cara produksi ini membentuk kaki penopang yang menyangga superstruktur politik, yuridis, dan ideologis masyarakat.
Perubahan landasan ekonomi di sertaidengan semacam kekacauan secara cepat atau lambat pada bangunan.
                Ketika ia menulis tentang transisi dari kapitalisme menuju sosialisme, Marx lalu mengembangkan sebuah konsep "dialetika" transformasi sosial. Kapitalisme biasanya tunduk pada kontradiksi-kontradiksi yang akhirnya menimbulkan krisis-krisis periodik.
Marx sendiri memiliki kepekaan mendalam menyangkut artikulasi dialetika kekuatan ekonomi, sosial, dan ideologi dalam dinamika sejarah. Hukum-hukum ekonomi kapitalisme yang merupakan hukum "tendensius" terbukti menyebabkan krisis yang bisa melahirkan pemberontakan serta menyerahnya hukum itu.

Tugas III / Ahmad Fikry Fauzan / KPI 1 E / 1112051000139

Ahmad Fikry Fauzan
KPI 1E
1112051000139

Pertentangan Kelas
Karl Marx tidak pernah mendefinisikan secara sistematis apa itu kelas. Menurut Karl Marx, definisi kelas berdasarkan potensinya yang ada pada konflik. Individu-individu yang mempunyai kelas tersebut, mempunyai suatu konflik tentang nilai surplus dengan individu-individu lainnya. Menurut Karl Marx, sebuah kelas benar-benar eksis tetapi apabila ada seseorang yang menyadari bahwa dia sedang berkonflik dengan kelas-kelas lain. Dengan kesadaran ini, mereka menjadi suatu kelas yang sebenarnya untuk dirinya.
Ketika menganalisis kapitalisme Karl Marx menemukan dua maca kelas yaitu, kelas borjuis merupakan nama khusus untuk para kapitalis dalam ekonomi modern yang memiliki alat-alat produksi dan mempekerjakan pekerja upahan, sedangkan kelas proletar merupakan nama khusus untuk masyarakat rendah seperti pekerja buruh dan nelayan. Konflik antara dua kelas yaitu kelas borjuis dan kelas proletar adalah sebagai contoh dari kontradiksi material yang mengembangkan kontradiksi antara kerja dan kapitalisme. Namun tidak ada satu pun dari kontradiksi-kontradiksi tersebut yang bisa diselesaikan kecuali dengan cara mengubah struktur kapitalis. Bahkan sampai perubahan tersebut tercapai dan kontradiksi makin memburuk.
Karl Marx mengakui bahwa konflik kelas sering disebabkan dalam bentuk-bentuk lain dari stratifikasi seperti etnis, ras, gender dan agama. Akan tetapi dia tidak menerima hal ini ebagai sesuatu yang utama. Kompetisi dengan toko-toko besar dan rantai monopoli akan mematikan bisnis-bisnis kecil dan inpenden, mekanisme akan menggantikan buruh tangan yang cekatan. Sehingga adanya kompetisi ini akan terpaksa turun kelas menjadi proletariat.
Karena kapitalis telah menggantikan para pekerja dengan mesin-mesin, maka semakin banyak orang yang keluar dari pekerjaan dan terjatuh dari proletariat ke tentara cadangan ( industri ). Sampai akhirnya Karl Marx meramalkan suatu situasi di mana masyarakat akan terdiri dari secuil kalangan kapitalis eksploitatif dan kelas proletariat serta tentara cadangan ( industri ) yang sangat besar. Jadi mereka harus mengeksploitasi para pekerja, karena apabila seorang kapitalis tidak melakukan hal itu, maka dia tidak akan mampu berkompetisi dan bersaing dengan para kapitalis yang melakukannya.
Karl Marx melihat bahwa kontradiksi kapitalisme tidak akan menyebabkan volusi proletariat, tetapi juga krisis-krisis individual dan sosial yang menimpa masyarakat modern. Kemudian di dalam kehidupan pada level ekonomi, Karl Marx memprediksikan suatu rangkaian ledakan dan depresi yang disebabkan oleh produksi yang berlebihan oleh kapitalis dan pemecatan para pekerja demi meningkatkan keuntungan mereka. Sedangkan pada level politis, Karl Marx memprediksikan peningkatan ketidakmampuan suatu masyarakat sipil untuk mendiskusikan dan menyelesaikan persoalan-persoalan sosial

Agama Sebagai Candu
Karl Marx berpendapat bahwa ia percaya agama seperti halnya ideologi yang merefleksikan suatu kebenaran namun terbalik. Oleh karena itu, sistem kapitalis yang menciptakan suatu kesukaran dan ketertindasan sehingga orang-orang tidak bisa melihat, maka dari itu, mereka diberikan suatu bentuk agama. Di sini Karl Marx tidak menolak agama akan tetapi dia menolak ilusi-ilusi agama. Bagi Karl Marx bahwa agama sebagai candu, kesukaran agama-agama pada saat yang sama merupakan respon dari kesukaran yang sebenarnya dan juga protes melawan kesukaran yang sebenarnya. Maka agama adalah napas lega makhluk yang tertindas.
Dalam bentuk keagamaan ini kemungkinan bisa dijadikan dasar suatu gerakan revolusioner. Dekimian Karl Marx bahwa agama menjadi bentuk kedua yang menunjukkan ketidakadilan kapitalisme sebagai ujian bagi keyakinan dan mendorong perubahan revolusioner ke akhirat.

Ideologi
Karl Marx tidak tau persis tentang kata ideologi, akan tetapi dia menggunakan kata ideologi itu untuk menunjukkan bentuk ide-ide yang berhubungan. Pertama, ideologi merujuk kepada ide-ide yang secara alamiah muncul setiap saat di dalam kapitalisme dan pada hakikatnya kapitalismelah yang merefleksikan di dalam suatu cara yang terbalik. Dalam hal ini dia menggunakan metafora kamera obscura yang menggunakan optik quirk untuk menunjukkan bahwa ada bayang-bayang nyata yang tampak terbalik. Inilah tipe ideologi yang menyangkut tentang uang. Meskipun uang hanya potongan kertas
Tipe ideologi ini mudah terganggu karena adanya kontradiksi-kontradiksi material yang mendasarinya. Namun nilai manusia bukan tergantung pada uang dan kita sering menemukan nilai orang yang hidup membuktikan kontradiksi-kontardiksi itu. Misalnya, kita menyadari bahwa membawa ekonomi bukanlah sebuah sistem objektif dan independen, melainkan sebuah ranah politis.
Adapun tipe kedua ideologi yang muncul kemudian digunakan oleh Karl Marx yang merujuk kepada sistem-sistem aturan ide-ide yang berusaha menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi yang ada pada pusat sisem kapitalis ketika kontradiksi-kontradiksi material mendasar terungkap. Dengan banyaknya kasus, mereka melakukan dengan tiga cara :
Mereka menghadirkan suatu sistem ide, sistem agama, filsafat literatur, hukum yang menjadikan kontardiksi-kontradiksi tampak koheren.
Mereka menjelaskan pengalaman-pengalaman tersebut yang mengungkapkan kontradiksi-kontradiksi, biasanya sebagai masalah-masalah dan keanehan-keanehan pribadi.
Merekan menghadirkan kontradiksi kapitalis sebagai benar-benar menjadi suatu kontradiksi pada hakikat manusia dan oleh karena itu satu hal yang tidak bisa dipenuhi oleh perubahan sosial.

Modal Produksi
Menurut Karl Marx untuk berproduksi ( menghasilkan ) kebutuhan-kebutuhan material diri sendiri dan masyarakat. Untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan material dengan mengondisikan hubungan-hubungan antarmereka, institusi-institusi sosial mereka bahkan dengan ide-ide mereka. Karena pentingnya cara memenuhi kebutuhan-kebutuhan material, serta relasi-relasi ekonomi yang terjadi dan hal ini disebut sebagai dasar. Lalu sementara relasi-relasi nonekonomi, institusi-institusi sosial dan ide-ide yang lain itu disebut sebagai superstruktur.
Pada pandangan Karl Marx tidak menyediakan perkiraan yang pasti dan lurus bahwa superstruktur selaras dengan dasar. Maka dari itu, kemajuan-kemajuan dalam pemenuhan kebutuhan cenderung memproduksi kebutuhan yang lebih banyak lagi, sehingga kebutuhan manusia merupakan dasar motivasi dan dasar ekonomi.
Kekuatan-kekuatan produksi material seperti mesin-mesin, pabrik-pabrik, berkerja upahan, dan yang paling penting adalah manusia. Itulah yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan. Relasi-relasi produksi merujuk kepada perkumpulan yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhan mereka. Karl Marx menyatakan bahwa suatu masyarakat yang memfasilitasi pekerjaan dan perkembangan kekuatan-kekuatan produktif tersebut akan cenderung mengadopsi sistem relasi-relasi sosial terbaiknya. Oleh karena itu, relasi-relasi produksi itu bergantung pada kekuatan-kekuatan material produksi yang ada di dalam wilayah tersebut. Karl Marx menambahkan pendapatnya bahwa relasi-relasi antar orang-orang juga bisa diekspresikan sebagai suatu relasi-relasi kepemilikan, seperti kapitalis yang memiliki alat-alat produksi.

Sumber :

·         Teori Sosiologi Modern,George Ritzer&Douglas J.Goodman ( Jakarta:kencana)

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

SOSIOLOGI AGAMA NAMA:Apik Sopan Katanya(1112051000162), Kelas: KPI.1 E

SOSIOLOGI KARL MARX
 
1.       Pertentangan Kelas
Menurut Karl Marx kelas mempunyai  arti suatu kelompok orang-orang yang mempunyai fungsi dan tujuan yang sama dalam organisasi produksi.Manusia dilahirkan di dalam masyarakat dimana hubungan-hubungan miliknya telah ditentukan.Perbedaan dan hubungan itulah yang menimbulkan kelas-kelas sosial.
Marx menyatakan  ada tiga kelas masyarakat, yang masing-masing ditandai oleh bagaimana peranannya di dalam sistema produksi,  yaitu kelas pemilik tanah, kedua yaitu kelas pemilik modal (borjuis), dan yang ketiga adalah kelas pekerja. [1] Hubungan masing-masing kelas  bukan merupakan fungsi yang saling melengkapi dan harmonis tapi lebih mengarah pada ketidaksamaan  sosial, dimana sering terjadi eksploitasi  dari pemilik modal ( borjuis) dan kelas pemilik tanah terhadap kelas pekerja.
Manusia pada dasarnya produktif, artinya untuk bertahan hidup manusia perlu bekerja.Dengan bekerja manusia mendapatkan penghasilan untuk memenuhi segala kebutuhannya. Produktivitas ini bersifat alamiah dan pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Namun sedikit demi sedikit proses alamiah ini mulai dihancurkan dan mecapai titik puncaknya dalam kapitalisme. Kapitalisme pada dasarnya adalah sebuah struktur  yang membuat batas pemisah antara individu dan proses produksi, produk yang diproses, dan orang lain.[2]
Kepetingan golongan merupakan factor utama dari proses sosial. Namun perbedaan pendapat, perbedaan kepentingan dan sarana dapat menimbulkan konflik atau pertentangan antar kelas.Kelas borjuis betindak kapitalis. Misalnya para kapitalis menggerakkan pabrik mereka dengan pekerja berupah rendah maka mereka harus mengeksploitasi kelas pekerja dengan memberikan upah seminim mungkin tetapi dapat mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Ini menunjukkan suatu keadaan orang bekerja hanya untuk kepentingan dirinya sendiri dan hanya mengejar keuntungan pribadi . Sebaliknya, kaum pekerja atau kaum buruh telah terikat untuk soldier satu sama lain dan juga untuk mengatasi persaingan dengan tujuan melakukan perlawanan atau tindakan bersama demi kepentingan bersama kelasnya.
a.       Teori Alienasi
Alienasi adalah suatu keadaan dimana manusia dikuasai oleh kekuatan-kekuatan yang tercipta dari kreasinya sendiri yang merupakan kekuatan yang melawan manusia itu sendiri.[3] Alienasi terjadi karena kapitalisme telah berkembang menjadi system dua kelas dimana sejumlah kecil kapitalis menguasai proses produksi, produk, dan jam kerja para pekerja, sehingga dalam masyarakat kapitalis manusia memproduksi untuk kelompok kecil kapitalis saja.
2.       Ideologi
Pertama, ideology merujuk pada ide-ide yang secara ilmiah muncul setiap saat di dalam kapitalisme. Untuk Inilah tipe ideology yang dipresentasikan oleh fetisme komoditas atau oleh uang. Tipe ideology ini mudah terganggu karena didasarkan pada kontradiksi material, dan nilai manusia tidak benar-benar tergantung pada uang. Ketika gangguan muncul dan kontradiksi material terungkap tipe kedua ideology akan muncul. Disini Marx menggunakan istilah ideology untuk merujuk pada sitem-sistem aturan ide-ide yang sekali lagi berusaha menyembunyikan kontradisksi di dalam system kapitalis.
Beberapa cara yang digunakan :
1. Menghadirkan suatu system ide yaitu system agama, filsafat, literature dan hukum.
2. Menjelaskan pengalaman yang mengungkapkan kontradiksi  atau keanehan individual.
3. Menghadirkan kontradiksi kapitalis yang benar-benar menjadi kontradiksi pada hakikat manusia.
3.       Agama Sebagai Candu
Karl marx berpendapat bahwa agama juga merupakan sebuah ideology. Marx percaya agama merefleksikan suatu kebenaran namun terbalik. Karena orang-orang tidak bisa melihat bahwa kesukaran dan ketidakserasian mereka diciptakan oleh system kapitalis, maka mereka diberikan suatu bentuk agama.  Orang mempercayai keberadaan Tuhan.
Bentuk keagamaan ini mudah dikacaukan dan oleh karena itu selalu berkemunginan untuk menjadi dasar suatu gerakan revolusioner. Marx merasa bahwa agama khususnya menjadi bentuk kedua ideology dengan menggambarkan ketidakadilan kpitalisme sebagai sebuah ujian bagi keyakinan dan mendorong perubahan revolisuoner.
4.       Moda Produksi
Cara produksi dari sebuah masyarakat berupa " tenaga kerja produksi" , ( manusia dan mesin ) dan " hubungan produksi" ( perbudakan, system bagi hasil, system kerajinan tangan berupa upahan). Selama kurun waktu berlangsungnya sejarah terjadi pergantian cara berproduksi dari yang model kuno, model Asia feodalistis dan borjuis. Ketika Sampai pada tingkat perkembangantertentu, tenaga produksi mulai terlibat konflik dengan hubungan produksi.
Penggunaan istilah kerja oleh Marx tidak hanya dibatasi pada kegiatan ekonomi saja, namun mencakup seluruh tindakan-tindakan produktif dimana kita mengubah atau megolah alam material untuk sebuah tujuan tertentu.
Kerja merupakan respons terhadap kebutuhan, bagi Marx kerja adalah pengembangan kekuatan dan potensi yang dimiliki. Kerja melibatkan orang lain secara langsung, selain itu juga membutuhkan alat atau bahan untuk proses produksi.
Kontradiksi pada sitem kapitalisme  menimbulakan krisis sekaligus menunjukkan bagaimana hukum memang tendesius sehingga muncul hukum yang sifatnya konta tendesius , tapi  krisis ini tidak cukup untuk menghancurkan system ekonomi.


[1] Hotman M.Siahaan, Pengantar ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi  ( Jakarta : Gramedia,1986) hlm. 181
[2] George Ritzer-Douglas J.Goodman, teori Sosiologi Modern, ( Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2004)hlm.33
[3] Hotman M.Siahaan, Pengantar ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi  ( Jakarta : Gramedia,1986) hlm.190
SOSIOLOGI KARL MARX
 
1.       Pertentangan Kelas
Menurut Karl Marx kelas mempunyai  arti suatu kelompok orang-orang yang mempunyai fungsi dan tujuan yang sama dalam organisasi produksi.Manusia dilahirkan di dalam masyarakat dimana hubungan-hubungan miliknya telah ditentukan.Perbedaan dan hubungan itulah yang menimbulkan kelas-kelas sosial.
Marx menyatakan  ada tiga kelas masyarakat, yang masing-masing ditandai oleh bagaimana peranannya di dalam sistema produksi,  yaitu kelas pemilik tanah, kedua yaitu kelas pemilik modal (borjuis), dan yang ketiga adalah kelas pekerja. [1] Hubungan masing-masing kelas  bukan merupakan fungsi yang saling melengkapi dan harmonis tapi lebih mengarah pada ketidaksamaan  sosial, dimana sering terjadi eksploitasi  dari pemilik modal ( borjuis) dan kelas pemilik tanah terhadap kelas pekerja.
Manusia pada dasarnya produktif, artinya untuk bertahan hidup manusia perlu bekerja.Dengan bekerja manusia mendapatkan penghasilan untuk memenuhi segala kebutuhannya. Produktivitas ini bersifat alamiah dan pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Namun sedikit demi sedikit proses alamiah ini mulai dihancurkan dan mecapai titik puncaknya dalam kapitalisme. Kapitalisme pada dasarnya adalah sebuah struktur  yang membuat batas pemisah antara individu dan proses produksi, produk yang diproses, dan orang lain.[2]
Kepetingan golongan merupakan factor utama dari proses sosial. Namun perbedaan pendapat, perbedaan kepentingan dan sarana dapat menimbulkan konflik atau pertentangan antar kelas.Kelas borjuis betindak kapitalis. Misalnya para kapitalis menggerakkan pabrik mereka dengan pekerja berupah rendah maka mereka harus mengeksploitasi kelas pekerja dengan memberikan upah seminim mungkin tetapi dapat mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Ini menunjukkan suatu keadaan orang bekerja hanya untuk kepentingan dirinya sendiri dan hanya mengejar keuntungan pribadi . Sebaliknya, kaum pekerja atau kaum buruh telah terikat untuk soldier satu sama lain dan juga untuk mengatasi persaingan dengan tujuan melakukan perlawanan atau tindakan bersama demi kepentingan bersama kelasnya.
a.       Teori Alienasi
Alienasi adalah suatu keadaan dimana manusia dikuasai oleh kekuatan-kekuatan yang tercipta dari kreasinya sendiri yang merupakan kekuatan yang melawan manusia itu sendiri.[3] Alienasi terjadi karena kapitalisme telah berkembang menjadi system dua kelas dimana sejumlah kecil kapitalis menguasai proses produksi, produk, dan jam kerja para pekerja, sehingga dalam masyarakat kapitalis manusia memproduksi untuk kelompok kecil kapitalis saja.
2.       Ideologi
Pertama, ideology merujuk pada ide-ide yang secara ilmiah muncul setiap saat di dalam kapitalisme. Untuk Inilah tipe ideology yang dipresentasikan oleh fetisme komoditas atau oleh uang. Tipe ideology ini mudah terganggu karena didasarkan pada kontradiksi material, dan nilai manusia tidak benar-benar tergantung pada uang. Ketika gangguan muncul dan kontradiksi material terungkap tipe kedua ideology akan muncul. Disini Marx menggunakan istilah ideology untuk merujuk pada sitem-sistem aturan ide-ide yang sekali lagi berusaha menyembunyikan kontradisksi di dalam system kapitalis.
Beberapa cara yang digunakan :
1. Menghadirkan suatu system ide yaitu system agama, filsafat, literature dan hukum.
2. Menjelaskan pengalaman yang mengungkapkan kontradiksi  atau keanehan individual.
3. Menghadirkan kontradiksi kapitalis yang benar-benar menjadi kontradiksi pada hakikat manusia.
3.       Agama Sebagai Candu
Karl marx berpendapat bahwa agama juga merupakan sebuah ideology. Marx percaya agama merefleksikan suatu kebenaran namun terbalik. Karena orang-orang tidak bisa melihat bahwa kesukaran dan ketidakserasian mereka diciptakan oleh system kapitalis, maka mereka diberikan suatu bentuk agama.  Orang mempercayai keberadaan Tuhan.
Bentuk keagamaan ini mudah dikacaukan dan oleh karena itu selalu berkemunginan untuk menjadi dasar suatu gerakan revolusioner. Marx merasa bahwa agama khususnya menjadi bentuk kedua ideology dengan menggambarkan ketidakadilan kpitalisme sebagai sebuah ujian bagi keyakinan dan mendorong perubahan revolisuoner.
4.       Moda Produksi
Cara produksi dari sebuah masyarakat berupa " tenaga kerja produksi" , ( manusia dan mesin ) dan " hubungan produksi" ( perbudakan, system bagi hasil, system kerajinan tangan berupa upahan). Selama kurun waktu berlangsungnya sejarah terjadi pergantian cara berproduksi dari yang model kuno, model Asia feodalistis dan borjuis. Ketika Sampai pada tingkat perkembangantertentu, tenaga produksi mulai terlibat konflik dengan hubungan produksi.
Penggunaan istilah kerja oleh Marx tidak hanya dibatasi pada kegiatan ekonomi saja, namun mencakup seluruh tindakan-tindakan produktif dimana kita mengubah atau megolah alam material untuk sebuah tujuan tertentu.
Kerja merupakan respons terhadap kebutuhan, bagi Marx kerja adalah pengembangan kekuatan dan potensi yang dimiliki. Kerja melibatkan orang lain secara langsung, selain itu juga membutuhkan alat atau bahan untuk proses produksi.
Kontradiksi pada sitem kapitalisme  menimbulakan krisis sekaligus menunjukkan bagaimana hukum memang tendesius sehingga muncul hukum yang sifatnya konta tendesius , tapi  krisis ini tidak cukup untuk menghancurkan system ekonomi.


[1] Hotman M.Siahaan, Pengantar ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi  ( Jakarta : Gramedia,1986) hlm. 181
[2] George Ritzer-Douglas J.Goodman, teori Sosiologi Modern, ( Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2004)hlm.33
[3] Hotman M.Siahaan, Pengantar ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi  ( Jakarta : Gramedia,1986) hlm.190

tugas 3 karl marx muhammad aidillah putra kpi 1 E

NAMA           : MUHAMMAD AIDILLAH PUTRA

KELAS            : KPI 1 E

NIM               : 1112051000137

TUGAS KE 3 KARL MARX

PERTENTANGAN KELAS

     Marx sering menggunakan istilah kelas di dalam tulisan-tulisannya,tetapi dia tidak pernah

mendefinisikan secara sistematis apa yang dia maksud dengan istilah ini ( SO dan suwarno, 

1990:35. Namun hal ini belumlah merupakan deskripsi yang sempurna dari istilah kelas

sebagaimana yang digunakan Marx.  Kelas, bagi marx,selalu di definisikan berdasarkan

potensinyaterhadap konflik.

     Karena kelas didefinisikan sebagai sesuatu yang berpotensi menimbulkan konfli,maka

konsep ini berbeda-beda baik secara teoretis maupun historis.sebelum mengidentifikasi

sebuah kelas,diperlukan suatu teori tentang di mana suatu konflik berpotensi terjadi dalam

sebuah masyarakat.

      Bagi marx,sebuah kelas benar-benar eksis hanya ketika orang mmenyadari kalau dia

sedang berkonflik dengan kelas-kelas yang lain.tanpa kesadaran ini,mereka hanya akan

membentuk apa yang disebut marx dengan suatu kelas di dalam dirinya. Ketika mereka

menyadari konflik,maka mereka menjadi suatu kelas yang sebenarnya,suatu kelas untuk

dirinya.

 AGAMA SEBAGAI CANDU

      Marx juga melihat agama sebagai sebuah ideologi. Dia merujuk pada agama sebagai

candu masyarakat,namun sebaiknya kita simak seluruh catatannya :

     Kesukaran agama-agama pada saat yang sama merupakan ekspresi dari kesukaran yang

sebenarnya dan juga protes melawan kesukaran yang sebenarnya.  Agama adalah napas

lega makhluk yang tertindas, hatinya dunia yang tidak punya hati, spiritnya kondisi yang

tanpa spirit.  Agama adalah candu masyarakat.

  

    Marx percaya bahwa agama,seperti halnya ideologi,mereflesikan suatu kebenaran,namun

terbalik. Karena orang-orang tidak bisa melihat bahwa kesukaran dan ketindasan mereka di

ciptakan oleh sistem kapitalis,maka mereka diberikan suatu bentuk agama.  Marx dengan

jelas menyatakan bahwa dia tidak menolak agama,pada hakikatnya,melainkan menolak

suatu sistem yang mengandung ilusi-ilusi agama.

 IDEOLOGI

      Perubahan-perubahan yang penting untuk perkembangan kekuatan-kekuatan produksi

tidak hanya cenderung dicegah oleh relasi-relasi yang sedang eksis,akan tetapi juga oleh

relasi-relasi pendukung,instituti-institusi,dan khususnya, ide-ide umum.  Ketika ide-ide

umum menunjukan fungsi ini,  Marx memberikan nama khusus terhadapnya: ideologi.

      Sebagai halnya dengan istilah-istilahnya yang lain Marx tidak selalu persis tentang

penggunaan kata ideologi.  Dia menggunakan kata tersebut untuk menunjukan bentuk ide-

ide yang berhubungan.ideologi merujuk kepada ide-ide yang secara alimiah muncul setiap

saaat di dalam kapitalisme,akan tetapi yang, karena hakikat kapitalisme, merefleksikan

realitas di dalam suatu yang terbalik (larrain,1979).

      Nilai manusia tidak benar-benar tergantung pada uang,dan kita sering menemui orang

yang hidup membuktikan kontradiksi-kontradiksi itu.  Faktanya, di sinilah level yang kiat

sering menjadi sadar akan kontradiksi-kontradiksi material yang diyakini Marx akan

membawa kapitalisme ke fase selanjutnya. Misalnya,kita menjadi sadar bahwa ekonomi

bukanlah sebuah sistem objektif dan independen, melainkan sebuah ranah politik.

MODA PRODUKSI

     Di dalam proses produksi sosial yang dilakukannya, manusia memasuki relasi-relasi

tertentu yang niscaya dan tidak bergantung pada keinginan mereka.relasi-relasi produksi ini

tergantung pada suatu langkah tertentu dari perkembangan kekuatan-kekuatan produksi

material mereka.totalitas hubungan-hubungan produksi ini membentuk struktur ekonomi

masyarakat,yang merupakan fondasi sebenarnya dari suatu superstruktur hukum dan politik

yang berhubungan satu banding satu dengan bentuk-bentuk kesadaran sosial yang jelas.

Pada tahap tertentu dari perkembangan mereka, kekuatan-kekuatan produksi material di

dalam masyarakat berkonflik dengan relasi-relasi produksi yang ada atau –apalagi kalau

bukan ekspresi legal dari hal yang sama – dengan relasi properti tempat mereka bekerja

sebelumnya.  Dari bentuk-bentuk perkembangan kekuatan-kekuatan produksi ini,relasi-

relasi tersebut berubah menjadi kendala-kendala yang mengikat.kemudian muncullah suatu

periode revolusi sosial. Ketika fondasi ekonomi mengalami perubahan, keseluruhan

superstruktur juga mengalami perubahan yang lebih kurang sama.  

Cari Blog Ini